Langsung ke konten utama

ASAL USUL KALI BALIEM

Menurut cerita nenek moyang pada jaman dahulu lembah Baliem di huni oleh seekor ular yang besar dan ajaib. Ular besar itu sangat sayang pada bayi perempuan, sebaliknya kepada bayi laki-laki ia sangat benci dan geram.

Bila melihat bayi laki-laki laparnya timbul serta ingin menerkamnya seketika. Ular ajaib ini juga punya indera ke enam, bisa mengetahui jenis kelamin bayi yang dikandung oleh seorang ibu, dan juga keluarga mana yang akan melahirkan. Bagi keluarga yang mendapat bayi laki-laki selalu was -was. Berbeda dengan yang mendapat bayi perempuan, mereka tidak perlu was-was atau gelisa. Namun demikian kehadiran seorang anak laki-laki tetap di rindukan oleh setiap keluarga.

Memang penyebab nya tidak seorang pun ada yang tahu. Ya , ada yang menduga-duga bila anak sudah bisa berbicara ular takut mendekat karena bisa berteriak minta tolong ,memberitahukan kepada orang tua nya, karena takut pada ular besar yang matanya merah, ganas dan menakutkan.
Pada satu  waktu ada keluarga yang memiliki dua orang anak. Anak yang pertama perempuan, yang kedua laki-laki dan belum bisa berbicara. Karena itu ia selalu di jaga dengan ketat oleh orang tua dan Kaka perempuan agar menghindari ular yang tak di duga kedatangan nya bisa kapan saja. Orang tua pun berpesan agar anak perempuan tak boleh lengah menjaga adiknya. Karena beberapa kali ular itu menyerang , tapi di gagalkan oleh keluarganya.

Satu kali keluarga ini berkebun dan membawa serta kedua anaknya. Setiba di kebun keduanya ditinggalkan di pinggir kebun, orangtuanya sudah pastikan anak perempuan nya tak lengah dalam menjaga adiknya, dan jangan lupa memberitahukan bila sang ular datang. Saat kedua orang tua asyik bekerja di kebun, anak perempuan mencari permainan adiknya, tiba-tiba ular besar itu sudah dekat dan siap menerkam. Si anak perempuan segera berteriak dan memanggil kedua orangtuanya.

Mendengar teriakkan anak perempuan nya sang ayah dengan sigap dan membawa serta apa yang ada di tangannya. Setibanya ditempat kedua anaknya, anak laki-laki nya sudah berada di depan mulut ular besar dan siap diterkam, sang ayah langsung menyerang ular besar itu, terjadilah perkelahian hebat antara sang ayah dengan ular.
Beberapa kali sang ayah mengayunkan kapaknya yang tajam , keberuntungan masih berpihak pada ular besar dan setelah pertarungan yang panjang akhirnya mengenai sasaran. Apa yang terjadi ?
Ular akhirnya kalah dan terpotong menjadi dua bagian kepala dan ekor terpisah dan berjalan ke arahnya masing-masing kepala menjalar ke arah selatan dan ekor ke arah Utara. Dalam perjalanan ke selatan maupun Utara darah mengalir sehingga menjadi sungai. Sungai itu dikenal dengan nama Sungai Baliem. Karena airnya berasal dari darah ular sakti. Hingga sekarang Sungai Baliem tidak pernah jernih airnya.

Demikian cerita tentang terjadi nya sungai Baliem.



Dibahasakan ulang Oleh. Ahhpace 

Sumber:Dinas Pendidikan dan pengajaran propinsi Papua tahun 2000.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SORE

Pedis yang meresah Begitu dalam menusuk jauh Bulu kuduk pun bangkit riuh Jemari tangan yang mulai pergi jauh Telinga pun ikut tak tenang Suara terus dering Bahkan temanmu datang Bagitu banyak tak terbendung

Mengenal Djoko

Selamat siang Kaka semua sa mau cerita sedikit, sa dari 2011 setelah lulus SMA , sa lanjut sekolah pertanian dapat beasiswa melalui Kemendikbud saat itu, full biaya kuliah dan biaya hidup selama di sana di tanggung sendiri. Beasiswa dari PPPPTK pertanian modelnya macam LPMP Papua di bidang pertanian joint program dengan politeknik negeri Jember (Polije) di Jember Jawa timur. Saya diwajibkan sekolah 2 tahun di Cianjur Jawa barat namanya Vedca Cianjur dan 2 tahun di Jawa timur Politeknik negeri Jember . Beasiswa ini langsung dari pusat. Singkat cerita saya tidak selesai kuliah dan memutuskan untuk pindah ke Jayapura. Melanjutkan di sini sejak 2018 dan saya belum melanjutkan dan awal tahun 2020 saya mulai melanjutkan hobi saya Membaca. sekarang saya mulai menulis ada banyak kegelisahan yang saya mau ceritakan lewat tulisan selama di sana 7 tahun tidak pernah pulang ke Jayapura sejak awal kuliah. Sebagai pemula saya sangat butuh masukan dan saran buat menceritakan kegelisahan melalui tul...

Mulut

Apa nih.. Begitu keras di kepala Hati gelisah, duduk tra tenang Makan dan Minum juga ikutan. Tempat nya di lecehkan Bukan tempat sampah Bukan kebun binatang Bukan untuk merendahkan Bukan untuk mencaci maki Bukan untuk melecehkan Sampah itu bau Sampah itu busuk Sampah itu rongsok Sampah itu karat Sampah itu jijik Jaga itu indera Jaga itu keluarnya Jaga tak bertulang Tak bertulang lebih tajam Djoko🗣️🤳✍️🙏